Jumat, 17 Juni 2011

Menjadi Seperti Anak Kecil


 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”  ” Matius 18:2-3

Kamis, 16 Juni 2011

Barang siapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya


Barang siapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. dan barang siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10: 39) Berbicara tentang nyawa atau jiwa, kemungkinan kita berpenda-pat bahwa ini hanya masalah hidup atau mati—di mana, mati dianggap hanya sekadar berhenti bernafas. Nyawa dalam konteks ini menjadi sangat menarik karena mengacu pada satu pemahaman: barang siapa mempertahankan nyawa-nya, sama saja mempertahankan cara hidupnya. Selanjutnya, anggapan bahwa manusia bisa me-nyelesaikan persoalan hidupnya dan menyelamatkan diri sendiri, justru salah. Karena keselamatan tidak tergantung pada kemam-puan manusia. Keselamatan meru-pakan anugerah Allah. Karena itu, barang siapa berani kehilangan nyawanya karena Kristus, maka ia akan mendapatkannya.
Prinsip-prinsip apa saja yang hen-dak kita pelajari dari paradoks ini?
1.        Yang pertama, BERANI BERSERAH PENUH KEPADA TUHAN. 
        Keberanian ini bersifat mutlak, dan merupakan tuntutan dari Tuhan yang tidak bisa ditawar-tawar. Maka kita harus berani mempersembahkan, mem-pertaruhkan seluruh hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Prinsip per-tama ini, bisa jadi merupakan ba-gian yang tidak kita sukai. Tetapi jika ditanyakan, apakah kita rela mati untuk Kristus? Kita semua pasti menjawab, “Rela.” Hal ini mirip dengan ketika Petrus ditanya oleh Yesus, beberapa saat sebe-lum menyerahkan diri pada pasu-kan tentara Romawi. Saat itu Petrus menjawab, “Guru, orang lain boleh lari, tetapi aku tidak.” Namun Yesus yang mengetahui isi hati manusia mengatakan, “Pet-rus, sebelum ayam berkokok, kau telah tiga kali menyangkal Aku.” Dan ternyata perkataan Yesus itu terbukti, sebab Petrus melarikan diri begitu tentara datang me-nangkap Yesus. Dari paparan di atas dapat kita lihat bahwa pada awalnya Petrus memang punya semangat yang bagus. Dan kita pun seharusnya memiliki semangat yang bagus. Tetapi biarlah kita menjelajahi seca-ra jujur hati nurani sendiri, agar ti-dak terjebak pada statemen emosi kosong belaka. Jujur pada hati nurani, menjadikan kita peka untuk mencermati sikap hidup kita. Kalau secara jujur kita menemu-kan bahwa kita tidak berani berse-rah diri, berdoalah supaya kita se-makin dikuatkan Tuhan. Berdoa-lah, memohon belas kasihan dari Roh Kudus, yang akan menuntun dan memampukan kita menyerah-kan seluruh jiwa raga pada Tuhan. Berani berserah artinya sama dengan berani kehilangan segala yang kita miliki—bahkan kehilangan nyawa. Sikap berani kehilangan ini pernah dicontohkan oleh Rasul Paulus dengan berkata, “Ada pun hidupku ini bukannya aku lagi, te-tapi Kristus hidup di dalam aku.” Waktu dia kehilangan dirinya, justru dia mendapatkan kesejatian dirinya. Kenapa kita harus berserah diri? Karena dulu kita berkuasa penuh atas diri kita, sehingga kita tidak mau mengendalikan diri, juga tidak mau diatur. Tetapi sekarang kita harus berserah diri, mau diatur oleh Tuhan. Dan bukan diri kita lagi yang menjadi pemerintah atas hidup kita, tetapi Tuhan.
2.        Prinsip kedua, Kita Harus Berani Melupakan Diri.
Dalam hal ini kita harus melupakan identitas, kepua-san, kebanggaan, kebahagiaan di waktu lampau yang kita sebut se-bagai hidup lama. Sebagai ganti-nya, sekarang kita mesti berani berpindah ke dalam kehidupan yang baru, yang sesuai dengan “selera” dan kehendak Tuhan. Jika ingin mendapatkan kehidupan yang baru, maka rela-lah kehila-ngan. Berani berserah, berani melepas harga diri, atau melupa-kan diri sendiri. Dalam Alkitab sering ditemukan istilah “manusia lama” dan “manu-sia baru”. Kita jangan mau terus berkutat sebagai manusia lama, melainkan harus hidup sebagai manusia baru. Jika kita tetap hidup sebagai manusia lama, dan tidak pernah mau menjadi manusia yang baru, maka kita tidak akan pernah merasakan betapa nikmatnya menjadi manusia baru itu. Dan oleh karena kita hanya berkutat pada kemanusiaan lama itu, maka nilai kepercayaan yang ada pada kita pun menjadi sia-sia. Namun perlu dicamkan, melupa-kan diri dalam konteks ini tidak sama dengan lupa diri. Lupa diri adalah sesuatu yang negatif, kare-na lupa diri adalah suatu kondisi yang tidak terkendali (out of con-trol). Keberanian melupakan diri yang kita maksudkan di sini adalah kemauan yang utuh untuk mena-ruh seluruh kehendak Allah men-jadi kehendak yang final di dalam hidup kita. Selanjutnya, kehendak Allah yang sudah terpateri di dalam hidup itu kita laksanakan dalam aktivitas sehari-hari. Jadi, penye-rahan mutlak kepada Tuhan, itu menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Kita harus berani berserah diri dan melupakan diri. Kedua kata kunci tersebut, yakni berserah diri dan melupakan diri, sangat penting kita resapi su-paya kita tidak berkutat hanya ke-pada diri, kebutuhan diri, sema-ngat diri, tetapi berkutat pada ke-hendak Allah. Kita pun semestinya senantiasa bertanya pada diri sendiri, “Apa yang diinginkan Allah untuk saya lakukan, sehingga pe-ngabdian saya total kepada Dia?” Dan jika kita mampu menjawab-nya, yakni dengan mampu melak-sanakannya, ini akan menjadi ke-sukaan tersendiri di dalam hidup kita. Itulah yang membuat kita mengalami dan mendapatkan kesejatian hidup. Kita mendapat-kan kesejatian hidup ketika kita berani melupakan diri kita yang dulu, kehidupan yang lama itu, sehingga mendapatkan diri yang sekarang, yang baru. Ini terjadi karena kita berani berserah.
3.        Keberanian yang ketiga, YAKNI BERANI BERKORBAN UNTUK TUHAN,
 menuntut kita untuk mempersem-bahkan seluruh kehidupan untuk Tuhan. Sehingga dengan demi-kian, di dalam kehilangan kita akan mendapatkan. Dan di dalam kehi-langan itulah kita akan menemu-kan. Alkitab memberi satu ilustrasi yang menarik, yakni biji gandum tidak akan pernah tumbuh men-jadi sebatang pohon gandum ka-lau biji itu tidak mati lebih dahulu. Kenapa? Karena biji gandum yang mati itu harus terlebih dahulu membelah dirinya. Dan oleh karena kematian, dan kemudian membelah dirinya itulah biji gandum tersebut mendapatkan kehidupan. Dengan kata lain, biji gandum mendapatkan kehidupan (yang baru) justru kalau dia membelah dirinya terlebih dahulu. Jika dibandingkan dengan manu-sia, maka manusia harus berani mengorbankan dirinya untuk Tu-han, baru kemudian memperoleh hidup yang baru. Maka keberanian untuk berse-rah, keberanian melupakan diri, dan keberanian untuk berkorban, sangat kita butuhkan untuk “membelah” diri kita sehingga dari diri kita muncul kehidupan dan pengharapan. Jadi penyerahan diri bukan suatu wujud dari ketidak-berdayaan. Mengorban-kan sesuatu bukan berarti akan kehilangan sesuatu. Melupakan diri tidak berarti kehilangan diri. Tetapi yang akan kita dapatkan justru sebaliknya, yakni kehidu-pan, kekuatan, dan identitas diri yang baru. (Sumber : Pelita Hidup)

Senin, 21 Maret 2011

ARAHKAN HIDUPMU KEPADA APA YANG MELAMPAUI YANG KELIHATAN!



“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (II Korintus 4:18)


Ayat ini adalah permata murni yang riil, karena di dalamnya kita dapat menemukan kunci kesuksesan sebagai orang Kristen. Rasul Paulus memberikan penjelasan tentang apa yang harus kita perhatikan di dalam ayat ini. Pikirkan tentang kehidupan Paulus. Pada mulanya ia adalah seorang yang sangat terkenal dan sukses. Namun ketika menjadi orang Kristen ia kehilangan reputasinya dan mulai hidup susah dan menghadapi kerasnya kehidupan. Ia pernah dirajam batu dan kemudian ditinggalkan karena pikir orang ia sudah mati. Ia pernah dicambuk lima kali. Ia pernah dipukul dengan tongkat pemukul tiga kali. Ia pernah dirampok. Ia pernah menghabiskan satu setengah hari di lautan, berpegang pada sebatang kayu pecahan kapal. Semua temannya meninggalkan dia. Ia tidak lagi memiliki keluarga. Ia menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara. Ia akhirnya dipenggal oleh Kaisar Nero. Rasul Paulus hidup melalui perjuangan keras, kesusahan dan penderitaan. Namun ia tidak pernah menyerah. Tentu banyak orang yang memikirkan tentang kehidupan Paulus menjadi heran – Apa yang membuat orang ini bisa melewati semua itu? Apa yang membuat orang ini begitu tenang dan bahagia di tengah berbagai bencana dan penderitaan ?

Jika Kita menemukan jawabannya, itu akan menolong Kita bukan hanya untuk menjadi orang Kristen, namun juga untuk menghidupi kehidupan Kristen. Dan Paulus tidak menyembunyikan rahasia kekuatannya ini. Ia menjelaskan kepada kita secara langsung apakah kunci dari ketenangan dan kekuatannya di tengah badai kehidupan. Itu ada dalam ayat kita ini,

“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (II Korintus 4:18)

Hal pertama yang perlu kita tahu adalah apa arti kata “memperhatikan” ini. Setelah kita mengetahui arti kata dari bahasa Yunani yang diterjemahkan “memperhatikan” di sini, selanjutnya kita dapat memahami suatu perbandingan dalam ayat ini dengan mudah.

“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan …”

Kata “memperhatikan” ini berarti “mengarahkan pandangan” . Saya berpikir kita mungkin boleh berkata bersama, bahwa “memperhatikan” ini berarti “mengarahkan”. Oleh sebab itu, Paulus sedang menjelaskan kepada kita agar jangan “memperhatikan” apa yang kelihatan, tetapi perhatikan “hal-hal yang tidak kelihatan

Jika Kita mau menjadi orang Kristen, dan menghidupi kehidupan Kristen, Kita harus memperhatikan atau mengarahkan pandangan kita kepada hal-hal yang bersifat kekal, dan bukan hal-hal yang bersifat sementara. Dan oleh sebab itu ayat kita ini dapat dibagi menjadi dua poin.

Senin, 28 Februari 2011

"PS. PEMUDA PAULUS KUPANG"
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.(Roma 12:11) 
(J.S.A.M)

Sebuah Kesaksian : Kuasa DOA

Peristiwanya terjadi di sebuah desa di Jawa Tengah. Seorang ibu setengah baya tersebut sehari-harinya adalah penjual tempe di desanya. Tempe yang djualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri. Pada suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu, tempe yang terbuat dari kacang kedele itu masih belum jadi tempe alias masih setengah jadi.

Ibu ini sangat sedih hatinya. Sebab jika tempe tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Padahal mata pencaharian si ibu hanyalah dari menjual tempe saja agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu yang memang aktif beribadah di gerejanya teringat akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada yang mustahil. Lalu iapun tumpang tangan di atas tumpukan beberapa batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut.

"Bapa di sorga, aku mohon kepada-Mu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin."

Demikian doa singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hatinya. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan dengan ujung jarinya bungkusan bakal tempe tersebut. Dengan hati yang deg-degan ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mujizat kedele jadi tempe terjadi. Lalu apa yang terjadi?

Kamis, 24 Februari 2011

Kisah Mengharukan: SAM...!!! (inbox dari teman)

Aku meneguk sisa es teh tawar yang masih tersisa di gelasku. Ketika aku masih menikmatinya ekor mataku menangkap sosok anak laki-laki yang memperhatikanku. Matanya menatapku. Sebuah tatapan yang menusuk ke dalam hatiku. Tatapan yang penuh iba. Aku meletakkan gelas yang hanya menyisakan es batu yang masih membeku.

“Bu, anak kecil yang duduk di pinggir jalan itu siapa ya?” tanyaku penasaran kepada pemilik warung sambil memandang anak laki-laki tersebut.

“Ow… Duh, kasihan tuh anak, bang!”

“Kasihan kenapa, bu?”

“Sudah seminggu bapanya meninggal gara-gara sakit. Ibunya sih meninggal pas melahirkan dia. Dia ngga punya keluarga lagi. Sekarang sih dia tidur di mana saja karena di usir dari kontrakan.”

“Begitu ya, bu!”

Selesai membayar es teh tawar yang aku pesan. Aku menghampiri anak laki-laki yang hanya mengenakan pakaian kumal tanpa alas kaki. Entah sudah berapa lama dia tidak mengganti pakaiannya.

Semakin aku mendekatinya semakin jelas kelihatan kalau tubuhnya tidak terurus. Dia terus menatapku sampai aku duduk di sampingnya.

“Nama kamu siapa dek?” tanyaku dengan nada bersahabat sambil mengukir sebuah senyuman.

“Aku lapar, kak!” ucapnya sambil memegang perutnya.

Aku mencoba mengingat uang yang masih tersisa di saku dan dompetku. Hanya ada selembar sepuluh ribuan dan dua koin lima ratus.

“Nanti kakak belikan kamu makanan. Tapi nama kamu siapa?” Sekali lagi aku menanyakan namanya.

“Benar kak? Serius? Kakak ngga bohongkan?”

“Iya. Ngapain bohong? Tapi nama kamu siapa?”

Aku melihat senyuman manisnya yang memancarkan barisan giginya yang tersusun rapi tapi berwarna kuning karena tidak pernah disikat.

Minggu, 20 Februari 2011

TERUJI DAN BENAR

Amsal 20:6
"Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"


Kita pasti pernah kecewa terhadap seseorang yang tidak menepati janji atau tidak setia. Jengkel, ingin marah, semua perasaan campur aduk menjadi satu ketika kita mengalami hal ini. Tidak jarang orang lain akhirnya kena imbas dari kondisi kita yang sudah bad mood. Pengalaman-pengalaman dikecewakan orang lain membuat beberapa di antara kita pun berubah menjadi orang yang tidak menepati janji. Sebenarnya haruskah kita berubah menjadi seperti orang yang telah menyakiti hati kita?

Kita tidak dapat berbuat banyak terhadap ketidaksetiaan orang lain, tetapi kita dapat melakukan melakukan banyak hal untuk kesetiaan kita terhadap orang lain. Apabila kita berjanji, kita harus menepatinya. Jika kita berkata kepada seseorang bahwa kita akan berdoa baginya, kita perlu melakukannya. Ketika kita menyatakan kesetiaan dan kasih kepada orang lain, maka kita dapat melakukan hal-hal kecil yang menunjukkan kepada mereka bahwa kita serius.

Rasul Paulus mengatakan bahwa salah satu buah roh adalah kesetiaan (Galatia 5:22). Allah akan menciptakan di dalam diri Anda roh yang teguh jika Anda menganggap sungguh-sungguh apa yang Anda katakan kepada orang lain dan menepatinya. Oleh karenanya, mintalah Allah menjadikan Anda sebagai orang-orang yang dapat dipercaya, yaitu orang-orang yang teruji dan benar.

Setia kepada hal-hal kecil adalah perkara yang besar.
GBU All.........


_MB_

Kamis, 17 Februari 2011

Lean On Me

Amsal 17:17
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."

Suatu hari seorang rekan kerja saya menyetel sebuah lagu di komputernya. Lagu itu terasa tidak asing di telinga saya, tetapi tetap saya tidak tahu apa judul lagu yang sedang diputar. Akhirnya saya pun menanyakan kepada rekan kerja saya ini. "Lean on Me" itulah jawabnya. Karena saya tertarik dengan lagu itu, akhirnya saya mencari liriknya di internet dan ketemu.

Lagu tersebut ternyata adalah lagu lama yang dinyanyikan kembali oleh para pemain film "Glee" yang saat ini sedang naik daun di Amerika Serikat. Di dalam salah satu kalimat lirik lagu tersebut ada kata-kata seperti ini: "Lean me, when you're not strong And I'll be your friend" Bila diterjemahkan kata-katanya bunyinya kurang lebih akan sebagai berikut: "Bersandarlah padaku, ketika engkau sedang lemah dan Aku akan menjadi sahabatmu". Sebuah pesan yang sangat mendalam dan membuat saya semakin berkaca, sudahkah saya menjadi sahabat seperti itu?

Tidak ada satu pun di dalam dunia ini yang dapat menandingi kejujuran, kemurnian, bahkan kasih yang begitu nyata ketika kita membangun sebuah persahabatan seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Setiap perkataan-Nya dan perbuatan-Nya menunjukkan bagaimana Dia adalah Pribadi yang tak perlu diragukan lagi sebagai sahabat.

Tuhan Yesus adalah teladan kita untuk menjadi sahabat yang sejati. Sahabat sejati tidak hanya ada di saat suka, tetapi memberikan pundaknya ketika sahabatnya itu sedih atau mengalami permasalahan. Sahabat sejati memberikan dirinya sebagai sandaran ketika sahabatnya sedang menumpahkan segala kegelisahan. Pertanyaan hari ini, apakah Anda mau menjadi sahabat seperti yang Tuhan Yesus telah tunjukkan? Biarlah ketika Allah melihat dari Surga ke bumi, ia melihat Anda menjadi sahabat yang seperti Dia rindukan.

Hanya kasih Allah yang dapat memampukan kita menjadi sahabat sejati bagi sesama.
GB All...!!


_MB_

Tips Bagaimana Mengatasi Penolakan !

Penolakan dapat terjadi dimana saja. Disekolah, tempat kuliah, dirumah, ditolak pacar bahkan ketika melamar kerja. Bagaimana cara mengatasinya :
  1. Jangan Ikuti Perasaan. Penolakan adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi didunia ini karena masing-masing orang mempunyai pendapat dan kriterianya sendiri-sendiri. Ingatlah akan J.K. Rowling, penulis cerita Harry Potter yang bukunya ditolak berkali-kali oleh berbagai penerbit; ingatlah juga direktur film Steven Spielberg yang ditolak Universitas Southern California. Dan Bukankah Yesus pun sering ditolak ???
  2. Minta Masukan. Secara dewasa dan dengan niat positif yang ingin maju dikemudian hari, mintalah masukan dari orang-orang yang menolak anda, apa yang menjadi kekurangan anda. Perbaikilah kekurangan anda agar kemudian anda menjadi lebih baik.
  3. Jangan Pernah Merasa Minder & Jadi Tidak Percaya Diri. Biasakan untuk selalu melihat semua masalah dari sudut yang positif dan percaya peluang masih berlaku luas dimasa mendatang. Penolakan saat ini tidak berarti peluang yang lain akan segera tertutup.
  4. Jangan Pernah Membenci, Marah & Berlaku Negatif. Ingatlah bahwa kebencian, amarah dan perlakuan negatif lainnya tidak diperbaiki malah akan semakin memperkeruh situasi.
Ok...?!! Selamat Mencoba (sumber : ManSor)

HUMOR EMU !!!

Emu anak SoE-TTS yang saat ini sedang kuliah di Kupang. Suatu hari dia kirim surat kasi dia pung bapa surat di kampung. Dia pung isi surat begini :
" Bapa, mengingat uang administrasi, registrasi, semesterisasi, pacarnisasi, lokalisasi dan BBMnisasi yang semakin mahal maka beta minta bapa kirim kasi beta uang tambah/lebih."
Bapa Tua baca dan balas ke Emu : " Emu....mengingat hasil kebunisasi yang semakin berkurang maka lebih bae kau pulang kampung saja ko bantu bapa kasi makan babinisasi, ayamnisasi & sapinisasi disini. Kalo tidak parangnisasi yang belah kau pung kepalanisasi....!!! Wuahahahahahahaha !!!!

Rabu, 16 Februari 2011

Menjaga Sumber Kekuatan Di Dalam Hidup Kita

“Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu ! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Matius 25:1-13 

Dari kisah di atas kita melihat bahwa ada dua figur yang dinyatakan kepada kita, yaitu gadis bodoh dan gadis bijaksana. Kedua figur memiliki persamaan yaitu sama-sama membawa pelita dan sama-sama pergi  untuk menyongsong mempelai laki-laki. Mereka juga bersama-sama menunggu kedatangan mempelai laki-laki dan juga sama-sama tertidur ketika sang mempelai belum datang juga.
Tetapi yang membedakan kedua figur ini adalah selain membawa pelita, gadis bijaksana juga membawa buli-buli yang berisi minyak. Sedangkan gadis bodoh tidak membawa cadangan minyak sama sekali. Dan kita melihat setelah sekian lama menunggu, minyak pada pelita mereka hampir habis sehingga mereka harus segera menambahkan minyak supaya pelita tidak padam. Dan pada akhirnya gadis-gadis bodoh tidak mendapat kesempatan memasuki perjamuan kawin karena mereka sibuk mencari minyak untuk pelita mereka. Keadaan seperti ini menggambarkan umat Tuhan yang ada pada saat ini. Setiap orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya mempunyai pelita untuk mereka bawa. Pelita itu yang akan menerangi setiap langkah kehidupan mereka dan juga menerangi kegelapan dunia ini. Tetapi ketika umat Tuhan hanya berhenti pada titik keselamatan itu dan tidak melatih kehidupan rohani mereka dengan rajin beribadah (1 Tim 4:8), membaca firmanNya setiap hari dan senantiasa berdoa, mereka menempatkan diri mereka pada figur yang tidak membawa minyak bagi pelita mereka.  “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” Rat 3:22-23. Minyak merupakan sumber energi bagi pelita. Demikian juga hubungan dengan Tuhan, persekutuan yang intim dengan Dia merupakan sumber kekuatan bagi hidup kita. Hubungan ini harus senantiasa dilakukan setiap hari. Kita tidak bisa mengandalkan hubungan yang kemarin atau minggu lalu, tetapi kita harus menjaga agar persekutuan yang intim senantiasa baru setiap harinya. Tuhan selalu mencurahkan rahmatNya baru setiap hari. 
Ketika kita senantiasa menjaga hubungan dengan Tuhan dan melatih kehidupan rohani kita, kita ada dalam posisi yang senantiasa berjaga-jaga dalam segala keadaan. Masalah boleh datang, goncangan boleh terjadi, krisis-pun boleh melanda kehidupan kita, tetapi bersama Yesus kita lakukan perkara besar. Bersama Yesus kita siap menghadapi segala hal. Dan Dia akan memberikan kekuatan dan jalan keluar bagi setiap masalah yang kita hadapi. Amin !!!

Senin, 14 Februari 2011

Berjalan Dalam Kebenaran

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Mazmur 119:9

Perkembangan jaman dan kemajuan teknologi pada saat ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap pertumbuhan anak muda. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak muda senantiasa mengikuti perkembangan mode dan tren terbaru, dan berusaha untuk bisa menjadi pusat perhatian dari lingkungannya. Anak-anak muda akan berusaha agar dapat diterima oleh lingkungan pergaulannya, sehingga apapun yang teman-temannya sedang lakukan akan mereka ikuti. Pengaruh dari pergaulan sangat kuat sekali kepada anak muda. Kecenderungan emosi yang masih labil dan masih dalam kondisi untuk mencari jati diri akan membuat mereka mencoba-coba apa yang mereka lihat dan rasakan. Oleh karena itu anak muda perlu ekstra hati-hati dalam pergaulannya, karena masa depan mereka akan dipengaruhi dari apa yang dilakukan pada masa muda.
Tuhan ingin agar anak-anak muda dapat tetap berjalan dalam kebenaran. Pergaulan memang tetap dibutuhkan, tetapi anak muda harus tetap berada dalam pergaulan yang sehat dan positif.
Bagaimana agar anak-anak muda dapat tetap berjalan dalam kebenaran?

Minggu, 13 Februari 2011

Mensyukuri Karya Yang Luar Biasa Dalam Hidup Kita

Puji Tuhan
“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.” Mazmur 139:13-16
Akhir-akhir ini banyak sekali kita dengar berita-berita yang berkaitan dengan aborsi. Berbagai media memberitakan praktek-praktek aborsi yang terjadi di berbagai tempat. Tidak hanya di Indonesia, di seluruh dunia-pun praktek aborsi semakin menjadi. Padahal kehidupan merupakan karya Tuhan yang luar biasa dalam dunia ini. Dan kehidupan sudah mulai terbentuk sejak bakal janin mulai ada dalam kandungan. Sangat disayangkan sekali jika kita, yang juga Tuhan ijinkan untuk menikmati hidup, malah menghentikan kehidupan itu sendiri dan tidak memberikan kesempatan bagi bakal janin untuk dapat tumbuh dan lahir sebagaimana layaknya seorang bayi.
Apa yang terjadi jika aborsi dilakukan? (Terlepas dari segi medis )

Domba di Tengah-tengah Serigala (Matius10 ; 16)

Nats Alkitab yang baru kita baca ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ditaruh pada bagian perikop yang baru namun lembaga Alkitab lain, yaitu New International Version (NIV), menaruh nats ini pada perikop sebelumnya. Hal ini menunjukkan kalau nats ini merupakan ayat jembatan sehingga bisa diletakkan di perikop baru atau perikop sebelumnya. Kita telah memahami kalau Tuhan Yesus memilih sendiri para murid dan memberikan jabatan rasul pada mereka maka hal itu janganlah menjadikan kita sombong karena merasa diri eksklusif. Ingat, kalau kita dipilih menjadi murid Tuhan maka itu merupakan suatu anugerah, sebab sesungguhnya kita tidaklah layak, memang siapakah kita manusia berdosa yang bodoh ini sehingga Tuhan berkenan memakai kita untuk turut ambil bagian dalam kerajaan-Nya? Biarlah dengan rendah hati kita tetap melayani Dia. Seorang yang mempunyai kedudukan tinggi sebagai rasul bukan berarti boleh bersantai ria dan tidak bekerja. Tidak! Tuhan Yesus langsung mengutus mereka untuk pergi karena kita telah memperolehnya dengan cuma-cuma maka kita pun harus memberi. Perhatikan, dalam hal ini cara Tuhan Yesus berbeda dengan dunia.
Dalam pengutusan itu, Tuhan tidak mengijinkan para murid membawa emas atau perak atau tembaga bahkan bekal, baju ataupun tongkat. Jabatan rasul justru tidak menjadikan mereka istimewa. Tuhan Yesus ingin mendidik mereka untuk selalu bersandar pada-Nya. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang Kristen yang tidak mau dididik, orang menganggap didikan Tuhan yang keras itu justru sebagai hukuman. Banyak orang Kristen tidak mau hidupnya dilatih dengan keras oleh Tuhan maka tidaklah heran kalau pelayanan menjadi tempat bagi orang untuk memenuhi keegoisan dirinya; orang hanya mau melayani kalau ada jabatan atau kalau ada keuntungan saja. Salah! Didikan Tuhan itu justru karena Tuhan sayang, bagaimana mungkin buah zaitun dapat menghasilkan minyak kalau tidak diperas? Begitu pula dengan emas haruslah dipanaskan terlebih dahulu barulah nampak kemurniannya. Konsep ini telah disadari oleh Socrates sejak ribuan tahun lalu, hidup yang tidak teruji tidak layak untuk dihidupi. Tuhan ingin setiap kita memahami hal ini dengan demikian kita siap dipakai oleh Tuhan menjadi murid-Nya karena posisi seorang murid disini sangatlah sulit, yaitu seperti domba di tengah-tengah serigala.

Sabtu, 12 Februari 2011

JIKA TUHAN MENGHENDAKI


Semua orang pasti memiliki rencana. Ada rencana jangka pendek, ada juga rencana jangka panjang. Dalam menyusun rencana, orang mendaftar apa saja yang akan dilakukan dan apa saja sumber daya pendukung yang ada agar rencana itu terwujud. Dan, orang kerap membuat perencanaan dalam berbagai aspek kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan maupun pelayanan.

Ada orang yang membuat perencanaan dengan sangat rinci, ada juga yang tidak. Dalam pelaksanaannya pun ada rencana yang terlaksana dengan baik, ada yang berjalan walau tidak sesuai, bahkan ada yang sama sekali tidak terlaksana. Nyatanya, sebaik apa pun sebuah rencana dibuat, manusia tidak punya kuasa mutlak membuat semuanya terjadi seperti yang ia kehendaki. Oleh karena itu, dalam surat kepada kedua belas suku di perantauan (1:1), Yakobus mengingatkan jemaat untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan. Hal ini akan membantu mereka, juga kita, untuk peka terhadap kehendak Tuhan dan tidak cepat bermegah diri. Apalagi sebagai anak-anak Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan dan kekuatan kita.
Semua yang kita rencanakan untuk dilakukan di sepanjang hari ini atau esok, hanya dimungkinkan jika Tuhan menghendaki kita hidup dan melakukannya (4:15). Inilah yang harus selalu kita ingat; bahwa kita adalah manusia yang terbatas, dan Tuhanlah yang punya kuasa mutlak atas hidup kita. Sehebat apa pun rencana kita, tanpa Tuhan menghendakinya terjadi, maka hal itu tidak akan terlaksana. Sudahkah Anda melibatkan Tuhan dalam perencanaan Anda hari ini? (FROM : renunganharian.net)

SEMAKIN BANYAK HAL YANG KITA RENCANAKAN
SEMAKIN PERLU KITA MELIBATKAN TUHAN DI DALAMNYA

Berani Tampil Beda


Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” 2 Timotius 2:22
Dalam perkembangan jaman yang semakin cepat di era globalisasi saat ini membuat anak-anak muda berusaha tampil dengan mengikuti tren yang sedang berkembang. Kecenderungan anak-anak muda adalah berusaha untuk bisa mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Mereka berusaha agar dapat diterima dalam lingkungan pergaulannya yaitu dengan cara mengikuti tren yang ada saat ini. Jika mereka tidak mengikuti tren yang sedang berkembang, maka mereka akan dianggap ketinggalan jaman dan kurang pergaulan.Banyak hal yang bisa dianggap tren bagi anak muda, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, cara berdandan/bergaya, gaya hidup, tempat jalan-jalan, tempat hiburan, tempat berbelanja, barang-barang mewah, musik, film, teknologi gadget, internet, bahkan sampai kepada kebiasaan buruk yaitu merokok hingga kepada dunia gemerlap (kehidupan malam). Tekanan dari teman-teman sering dialami bagi anak-anak muda yang tidak mau mengikuti tren-tren itu. Bukan suatu hal yang mudah untuk menolak atau tidak mengikuti tren yang ada. Sebagai anak muda yang mengenal Tuhan, tentunya harus dengan cermat mengikuti tren-tren yang ada. Anak-anak muda harus pintar-pintar memilih tren apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi mereka, agar tetap berjalan dalam kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari jalanNya. 
Bagaimana agar anak-anak muda dapat tetap di dalam Tuhan dan berani tampil berbeda dengan dunia ini?